Kamis, 04 Desember 2025

Day #32 - Patah

Kemarin seharusnya jadi cerita baru, cerita di mana perjuangan Piko akhirnya dihargai oleh semesta. Hari ke-31, dan Piko sudah bangun lebih pagi, berlari lebih cepat dan riang, karena harusnya bisa bertemu dengan Mei.

Jantung ini kembali berdetak kencang, seperti pertama kali Piko berhasil dapat chat duluan darinya. Bukan lagi debar gugup atau sakit dada, tapi thrill dari sebuah petualangan yang terukir manis. Dan kali ini, semua terasa begitu lancar. Mei meluangkan waktu. Waktu yang dia sendiri tetapkan. Semuanya tercentang sempurna.

Piko sudah siap. Setelah mandi, bukan cuma sarapan proper, tapi Piko sempatkan mampir untuk mengambil sesuatu yang spesial.

Di dalam tas Piko, terbungkus rapi, ada jam tangan Garmin putih. Bukan sekadar hadiah, buat Piko, dengan Jam ini, Piko bisa menjaga Mei dari jauh, memastikan dia bisa "kontrol waktu istirahatnya" dan melacak latihannya. Piko ingin Mei juga sehat.

Piko gak berangkat kantor, karena sudah ajuin cuti, tapi setiap tiga menit sekali, mata Piko melirik jam. Hanya tinggal hitungan jam. Rasa rindu itu bukan lagi kata kerja yang harus dibatasi 10 menit, tapi rasa bahagia yang tak terukur. Harapan itu melambung tinggi , seperti roket yang siap lepas landas, tapi kali ini Piko yakin, ini realistis. Piko sudah memetakan harapan ini.

Waktu udah menunjukan jam 11 gak ada yang salah, semuanya luar biasa aman terkendali, dan tiba-tiba, atasan Piko telepon, dia meminta Piko menggantikannya ke meeting. "Wangsit" katanya. Wangsit yang berarti Piko harus segera berangkat.

Seluruh udara di ruangan mendadak padat. Jantung Piko yang tadi berdegup gembira, kini berdebar kencang karena rasa sakit yang harusnya sudah terbiasa. Kekosongan itu kembali menyeruak , hening itu berisik. Rasanya seperti laci yang tertutup rapat, dan semua skenario indah di kepala Piko langsung ambyar.

Hanya tinggal beberapa menit sebelum Piko mengirim pesan sederhana: "Aku sudah di jalan," atau "Sampai ketemu." berubah menjadi Permintaan Maaf karena pembatalan mendadak kali ini datangnya dari Piko

The mind is a noisy place. Dalam otak Piko, semua yang Mark Manson ajarkan tentang Harapan sebagai pisau bermata dua berputar-putar. Harapan yang berlebihan berbahaya. Dan Piko baru saja menaruh HOPE ketinggian lagi. Kegagalan ini menghempaskannya terlalu jauh.

Sekarang Piko bahkan terlalu malu untuk menyapa Mei


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.