EDWARD - BABI-PIKO Impedit quo minus id Voluptates repudiandae kon Mauris euismod rhoncus tortor

Jumat, 28 November 2025

Day #26 - Timbul Tenggelam

0 komentar

Piko sekarang adalah robot yang sangat efisien. 42 hari sober, tidak lagi bergantung pada asap, tubuh ini seperti baru di- reboot. Alarm bunyi jam 04.30 pagi, langsung pasang sepatu lari, 5-7 kilometer tuntas sebelum matahari terbit, membakar semua racun, membakar semua drama. Setelah itu mandi, bikin sarapan yang proper, bukan cuma kopi instan. Tiba di kantor pagi-pagi sekali, tenggelam dalam pekerjaan. Pulang paling malam, semua checklist pekerjaan sudah tercentang. Piko berfungsi, dengan topeng orang normal yang selama ini Piko pakai.

Semua jadi sederhana. Realitas yang Piko hadapi setiap hari adalah: tugas selesai, badan sehat, tidak ada lagi rasa bersalah karena overthinking atau overtexting pada Mei, sang Utopia

Walaupun dia masih muter-muter di kepala Piko, seperti playlist yang tidak bisa di- skip. Tapi karena Piko sibuk — benar-benar sibuk — Piko bisa tempatkan Mei di sudut ruangan otak Piko terlebih dahulu.

Namun, drama selalu punya panggung terbaik: malam hari, sebelum menutup mata.

Di situlah, semua noise dari dunia luar meredup, dan hening itu berisik. Setelah tubuh lelah, otak malah mulai gaduh lagi. Mei muncul. Bukan dalam bentuk harapan muluk-muluk lagi , Piko sudah belajar dari Mark Manson, bahwa harapan yang berlebihan bisa berbahaya. Harapan sudah Piko ukur dan petakan.

Yang muncul adalah Rindu sebagai kata kerja. Rindu untuk sekadar mengingatkan makan , rindu mendengar suaranya , rindu dengan cara dia menatap yang membuat Piko merasa sudah memenangkan segalanya.

Piko mencoba ritual lama: memberikan diri sendiri waktu maksimal 10 menit untuk flashback. Setelah itu, harus berhenti. Dulu Piko akan lari atau menulis tulisan-tulisan yang harusnya tidak pernah ditulis. Sekarang Piko hanya menarik napas , dan meyakinkan diri bahwa ini adalah cara paling tulus untuk menyayangi Mei: menyimpannya dalam hati, tanpa mengharapkan apa-apa.

Ini sulit, jauh lebih sulit daripada yang Piko bayangkan. Tapi setidaknya, Piko bangun esok hari sebagai robot efisien, dan bukan lagi orang gila yang tidak berguna di mata Mei atau dimata siapapun

Besok, Day #27. Mari kita lihat.




Read More

Kamis, 13 November 2025

Day #11 Minyak Kayu Putih Berpita Biru

0 komentar

Beberapa orang pernah bertanya, ngapain Minyak Kayu Putih dipitain dan dipajang? Piko sering jawab sambil bercanda, sebagai pengingat kalau umur sudah tidak muda, dan Minyak Kayu Putih adalah sahabat orang tua.

Gak ada yang tau, bahwa Minyak Kayu Putih ini dulunya adalah kepunyaan Mei, yang ketinggalan di Mobil, yang pernah Piko genggam hampir 1.5 Jam gak lepas dari tangan saat mengemudi pulang, ini adalah hadiah dari Mei, atau setidaknya Piko beranggapan begitu. Saat itu, 24 Juli 2025 Mei bilang “pegang aja cumi” artinya Mei ngasih dong :) 

Kenapa Pita Biru? Secara historis, "pita biru" merujuk pada penghargaan tertinggi dalam suatu kompetisi,  beberapa Ordo ksatria di Inggris menggunakan Pita Biru sebagai lencana kehormatan. Dalam konteks sosial Pita Biru adalah makna untuk kesadaran akan pencegahan pelecehan pada Anak, ini berelasi dengan trauma yang dialami Mei saat dia masih anak-anak. 

Jadi Minyak Kayu Putih Berpita Biru yang orang anggap benda absurd abnormal untuk Piko memiliki Arti mendalam: itu adalah simbol penerimaan, pemberian, penghormatan, dan perjuangan Mei. Piko menjaganya sebagai pengingat untuk terus peduli, dan buat Piko ini juga merupakan hadiah atas kehadiran Mei. Dari sisi kebendaan, karena Piko yakin, gak ada satupun manusia didunia ini yang punya hadiah berupa Minyak Angin bekas Mei! cuma Piko doang! jadinya Minyak Kayu Putih Berpita Biru sangat spesial. 

Sejak baca buku Mark Manson, akhirnya Piko tercerahkan dan bisa keluar dari dunia halu-haluan harapan. Sempat memang, Piko punya harapan muluk-muluk seperti fairy tale romantis dan akhir yang bahagia. Tapi harapan itu egois, halu dan dangkal. 

Sebelum tidur tadi malam Piko mikirin konsep “Hope is just a feeling of something better that we can imagine.” ketika konsep itu dipecah pertanyaan yang mendasar adalah "apa sih yang terbaik untuk Mei? Harapan apa yang bisa Piko doakan terhadap Mei tanpa merasa berdosa, malu dan egois karena pernah mengharapkannya? Piko menemukan jawabannya Subuh tadi pagi. Semoga Mei baca sampai paragraph ini. Harapan Piko, Mei dapat melalui semua ini, dan Mei dapat menemukan kembali dirinya dan menjadi seseorang yang lebih besar dari rasa sakitnya sendiri saat ini atau dimasa lalu," Mei akan dicintai, didukung dan dimuliakan, terlepas dari apapun.




Read More

Selasa, 11 November 2025

Day #9 - 11 11 25 MUAHAHAHAHA

0 komentar
Betulkan....?!! sebenarnya semuanya sederhana, Harapanlah yang bermasalah. Otak yang gak bisa dikontrol yang bikin semuanya Konyol.

Apanya yang lega! apanya yang gampang gak ngobrol sama Mei. Sampai hari ke enam nahan diri udah kayak kesedot oksigen dari Udara.

Emang Piko aja yang suka berlebihan mendramatisir kejadian apapun, dan itu salah si Harapan! Akhirnya Piko punya subjek sekaligus subjek yang bisa Piko salah-salahin si Harapan itu.

Piko mau lanjut cerita soal buku Mark Manson, Everything is Fcked: A Book About Hope. Ada argumen Manson, yang Piko bisa validasi keberannya. "Harapan adalah pisau bermata dua" Harapan adalah bahan bakar yang mendorong kita untuk bertindak, tetapi harapan juga bergantung pada penolakan terhadap kenyataan yang ada saat ini ("sesuatu harus berubah"). Ketika harapan kita didasarkan pada tujuan yang tidak realistis itu menjadi sumber masalah, perpecahan, penderitaan dan DRAMA!

Liat case Piko dan Mei, awalnya normal.. harapan Piko realistis yaitu Mei ngasi kabar baik, bahwa dirinya baik-baik saja, tidak ada masalah yang menimpa Mei. realistis. Hanya karena Mei bersikap lebih baik terhadap Piko, kemudian Harapan Piko berubah menjadi gak realistis; menjadi tumpuan Mei; lebih dekat dengan Mei; sampai ultimatenya berharap Mei juga Kangen sama Piko. Disinilah drama, masalah mulai muncul, karena harapan yang gak realistis itu bertolak belakang dengan kenyataan saat itu. Mei cuma bersikap baik itu kenyataannya, respon Piko terhadap sikap baik Mei lah yang salah.

Drama pertama adalah kecewa karena gagal bertemu, drama kedua adalah coba hilangkan harapan untuk bercakap-cakap, padahal semuanya sederhana. Terbukti di hari ketujuh, semua lebih nyaman. Dan terbukti juga di hari ini, sesederhana Piko texting Mei, hai mau makan siang bareng? Mei jawab "bisanya Sore" dan akhirnya Sore kami ketemu dan ngobrol. 

Bahagianya banget banget banget.  Dramanya gak ada! Sederhana. '

Dan Mei, thank you so much for today, you dont know how lucky i am and how happy i am. Just to meet you and sit right next to you :) 
Read More

Senin, 10 November 2025

Day #8 - Realitas dan Harapan

0 komentar

Kemaren Piko skip nulis! Gak uring-uringan, gak oversharing, gak overtexting, sempurna. 

Ternyata lebih lapang ketika berbincang dengan Mei dan tau kalau Mei lagi baik-baik aja, udara jadi tidak terlalu padat, Piko tetap dapat beraktifias normal, lari pagi, sarapan bubur ayam, sempat mampir dulu ke Gramed sebelum pulang. Nemu buku bagus karangan Mark Manson, judulnya Everything is Fcked: A Book About Hope/Segala-galanya Ambyar, buku ini menarik banget kontra sama buku buku pengembangan diri zaman dulu, apalagi kata-kata manis mario teguh

Buku ini mengeksplorasi paradoks zaman modern, di mana meskipun kondisi materi lebih baik, banyak orang merasa cemas, putus asa, dan depresi, banyak yang sulit menemukan makna hidup. Dia juga lugas bicara tentang kegagalan dan ketidaksesuaian dengan harapan, ada argumen manson yang menurut Piko keren banget, harapan yang berlebihan bisa menjadi berbahaya, karena harapan selalu membutuhkan sesuatu yang buruk untuk terjadi. Berharap berarti menolak realitas saat ini, yang dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpuasan. 

Kenapa Piko baru tau ada buku ini sekarang ya? setelah hampir 5 tahun minum anti-depresan hahaha. Tapi mayoritas perantau pasti berangkat dari kampung halamannya dengan HOPE, beberapa orang akan survive karena mungkin mampu menakar harapannya tidak terlalu tinggi, sehingga kegagalan tidak menghempaskannya terlalu jauh. Piko sebaliknya selalu naruh HOPE ketinggian, makanya jadi depresi. Belum beres baca buku ini, tapi bersukur buku ini datang ketika lagi-lagi Piko naro HOPE ketinggian.  

Quotes terbaik yang Piko baca ditahun 2025

"The mind is a noisy place, and consciousness is just a cacophony of competing voices and desires"

Sepertinya beberapa hari berikutnya Tulisan Piko akan berkutat pada Buku Ini :) karena menakar realitas dan harapan adalah hal yang paling Piko butuhkan saat ini

Read More

Sabtu, 08 November 2025

Day #6 - Kalau Rindu Gimana

0 komentar

Ini adalah hari ke enam, makin hari bukannya makin terbiasa, jadinya makin terasa berat, Piko harus selalu sibuk setiap saat, Jam 5 Lari Pagi, bikin sarapan sendiri dan kopi, Lanjut Ngantor sampai Malam, pulangnya baca buku atau nonton, jauh-jauhin HP, supaya gak gatel liatin status WA atau ngebuka Tikotok atau nyasar lagi ke Galery foto. 

Paling berat adalah saat malam sebelum menutup mata, otak gaduh, sampai harus minum obat tidur beberapa hari ini. 

Saat pertama bertemu Mei awalnya biasa saja, tapi enah sejak kapan, Mei dengan ajaibnya bisa bangkitkan lagi perasaan yang Piko kira udah gak mungkin pernah lagi Piko miliki, Mei jadi pusat Dunia. 

Piko begitu mengaguminya, dan karena Piko adalah orang yang gugup, untuk bisa memberanikan diri menyapanya Piko secara konstan jadi "Gak Sadar" berbulan-bulan. Piko selalu memulai Percakapan, walaupun tertatih-tatih, mungkin hanya ucapan selamat pagi, atau mengingatkan makan. Meskipun lagi dalam keadaan "Gak Sadar", jantung Piko selalu berdebar kencang setiap kali Mei balas Chat Piko, dan Mei tidak akan pernah Percaya dengan hal ini. 

Piko bahkan harus kasi tau kepada Mei bahwa Piko ADHD, karena takut Mei anggap Piko orang gila, karena terus-terusan Chat dia. Untungnya Mei baik jadi dia ngerti kondisi Piko. Piko selalu  bersyukur Mei hadir dalam hidup Piko... dan terima kasih karena telah menjadi dirinya Sendiri.

Bagaimana kalau Rindu, ada beberapa cara yang Piko lakukan, pertama Menetapkan Waktu Rindu,  ini adalah waktu-waktu ketika Piko izinkan diri Piko rasain rindu sepenuhnya, liatin foto Mei, nginat suaranya, dengerin voice note nya, tapi Piko batasi maksimal 10 menit di malam hari sebelum tidur. Setelah waktu itu berakhir dan masih rindu, Piko lanjut dengan Nulis. jadilah Blog ini aktif kembali.hehe



Read More

Jumat, 07 November 2025

Day#5 - Drama

0 komentar

Piko bangun bukan karena alarm, tapi karena kekosongan. Hening itu berisik; seperti suara ombak yang berhenti mendadak. Aroma kopi instan yang Piko bikin tadi malam masih samar-samar menempel di udara, menolak untuk hilang.

Mau lari Pagi buat hilangin kosong, tapi planet bekasi lagi aneh, Hujan di luar, Piko bikin kopi sambil nonton rintik air, ketukannya pelan Piko gak pernah tau artinya. Lanjut liatin pohon  mangga depan rumah dan Piko bisa melihatnya berdiri di sana, lagi berteduh dan bersenandung seru, senandung yang sama seperti yang Piko ingat waktu tracking beberapa waktu Lalu. 

Di atas meja kecil, tempat Piko taruh HP. Piko gak mau pegang. Buka layar HP sama saja dengan membuka pintu. Piko akan scrolling dan tenggelam dalam galery foto nya. 

Piko dengerin dulu aja bunyi hujan yang berirama datar, lanjut seruput Kopi, rasa pahit yang tak menyenangkan mengisi mulut Piko, seperti tulisan-tulisan yang harusnya tidak pernah ditulis, ucapan-ucapan yang harusnya ditahan, rasa yang harusnya hanya disimpan. Hening. 

Negosiasi kecil dalam otak Piko awalnya hanya seperti dua teman yang ngobrol, makin lama makin menggelegar seperti dua partai oposisi sedang berantem diruang sidang: keberanian melawan kepengecutan, cangkir ke bibir, dan sakit di dada yang harusnya sudah terbiasa karena sudah beranjak 5 hari sejak Piko sadar diri, kini Piko harus terjemahkan kembali untuk diri sendiri.

Piko yang terbiasa dengan ritual ucapan selamat pagi, selamat malam, ingetin jangan lupa makan vitamin, dan makan makanan bergizi sekarang terkunci pada tempatnya seperti laci yang tertutup rapat, akhirnya menjadi tulisan tulisan yang mungkin tidak akan pernah tersampaikan lagi.

Dia punya cara menatap yang membuat Piko merasa sudah memenangkan segalanya. Ketika kami bertemu hanya untuk makan, Piko harusnya tau, bahwa dia sudah pernah memberi Piko ruang. Dua kali rencana bertemu yang dia batalkan harusnya tidak Piko artikan apapun, karena prioritasnya adalah untuk segera mengumpulkan cukup udara untuk dia bernafas saat harusnya dia tinggalkan dunia tempat dia beripijak saat ini. 

Lima hari ini Piko belajar tata bahasa baru: rindu sebagai kata kerja, harapan sebagai sesuatu yang diukur dan dipetakan.Piko lanjut jalan kedapur untuk tarok Gelas kopi, dan mendengarkan dengungan stabil kulkas, seperti dunia yang terlalu keras kepala untuk menyadari siapa yang hilang. Itu adalah metronom tempat Piko hidup sekarang. Piko menarik napas, hanya untuk memastikan Piko masih bisa.

Piko ingin mengiriminya pesan: "Aku merindukanmu."atau sesederhana "Bagaimana kabarmu?" Piko menghapusnya berdiri dan mulai berjalan, langkah pertama terasa canggung, bagaimana bisa pesan sesederhana itu bisa terasa sulit dan berat saat ini. 

Piko pasang sepatu lari, masih pakai baju tidur, buka pintu rumah, dan berlari di Komplek dibawah hujan, lari sekuat tenaga, sampai napas membakar dada. otot protes, dan rasa rindu itu berdegup kencang seiring denyut nadi, seperti tepuk tangan yang terperangkap dalam kepalan tangan. Piko mencatat rekor tercepat berlari 3km pagi ini 8 Menit 23 Detik. Dada rasanya terbakar tapi gak cukup.

Read More

Kamis, 06 November 2025

Day# 4 - Gimana Rasanya?

0 komentar

Buat orang yang terlahir cukup mungkin gak relate sama kata-kata ini "menahan diri" berbeda dengan Piko, Piko sudah akrab dan sangat kenal dengan si "Menahan Diri" ini, dan buat Piko yang punya ADHD menahan diri is a Level Up, karena begitu kekunci sama satu hal, maka akan kekunci dalam waktu yang lama di Otak. Piko ingat waktu kecil pernah ingin membeli pistol-pistolan saat lebaran, duit THR sih cukup, tapi perlu buat beli buku sekolah. Yang terjadi setelah itu adalah Piko gambar pistol ditanah, kecil-kecil disudut buku, di spot kosong koran bekas, ratusan gambar, bertebaran dimanapun. Benda apapun yang Piko pegang berubah jadi pistol-pistolan di kepala, berbulan-bulan. Piko jadi lebih sering ke lapangan tenis buat jadi tukang pungut bola, buat kumpulin duit beli pistol-pistolan, dua bulan kemudian pistol-pistolan kebeli, piko mainin sendiri, karena teman-teman yang lain udah bosan memainkannya. 

Bertemu dengan Mei, hal yang sama juga terjadi "Menahan Diri" ini bukan nyama-nyamain Mei dengan mainan ya, tapi tingkat kesulitannya. Untuk bisa bertemu Mei, Piko harus tahan diri dan menabung, untuk kirim pesan text pada Mei, Piko harus tahan diri supaya gak ganggu, untuk menunggu respond dari Mei, Piko harus tahan diri supaya gak kirim text berulang, semua harus ditahan. 

Apanya yang sulit? Sulit, karena dikepala Piko semuanya tentang Mei, pengen cerita dengan Mei, pengen tahu Mei lagi ngapain, apa yang lagi Mei rasakan, sehatkah Mei, sedihkan dia, marahkah dia, baikkah orang-orang terhadapnya, adakah yang melukainya, semua harus ditahan.

Apakah dengan Iklas seperti yang Piko tulis kemaren semuanya menjadi lebih mudah? tentu saja tidak, ini jauh lebih sulit. Tapi mungkin ini lebih baik untuk Mei, akhirnya Noise yang ganggu dia di pagi siang dan malam hari menjadi senyap. Dan ironisnya, Piko pun tetap senang jika hanya dianggap Noise, paling nggak masih mendapat tempat, walaupun buruk :)

Read More

Rabu, 05 November 2025

Day #3 - Lega

0 komentar

Piko ingat betapa menyenangkannya saat pertama kali menemukan Mei, Piko bisa dengan bebas dan gembira menceritakan segala hal, obsesi mingguan, remah-remah kegiatan harian, apapun. Saat itu, rasanya Mei seperti menyediakan panggung stand up commedy buat Piko sehingga Piko bisa ngomong sendiri. Kadang-kadang ada sedikit perbincangan, atau setidaknya Piko yakin Mei baca chat dari Piko.

Tapi kemudian, entah sejak kapan, itu semua berubah. Piko mulai memikirkan, “Apakah Piko harus menulis lebih banyak? Lebih sedikit? Apakah yang Piko katakan tadi bodoh? Pasti bodoh, ya?”  Mulai berharap Mei berikan sedikit atensi, balasin chat, atau terakhir Piko bahkan mulai kurang ajar sampai berharap Mei bisa kangen sama Piko. Sungguh gak tau diri. 

Piko mencoba tunjukan yang terbaik. liatin kucing, hobi, tulis lagu, tulis puisi, gambar, apapun. Namun, upaya Piko tentu saja akan terlihat konyol dimata Mei, sama sekali gak ada artinya. Mei mungkin liat Piko seperti orang gila gak berguna, gak ada artinya sama sekali  kayak noise yang harus Mei singkirkan

Namun dalam waktu berdekatan dengan elegan Mei, tunjukin ke Piko, seberapa pun kuatnya Piko mencoba mendekat, seberapa pun murni niat Piko, seberapa pun tulusnya keinginan Piko  —Mei gak akan pernah melihat Piko. 

Sebenarnya Piko udah biasa menjadi tidak terlihat, atau tidak dianggap karena terlahir miskin dan berpenampilan buruk. Tapi di usia setua ini, Piko tidak akan berperang lagi melawan kondisi itu, iklas dan menerima kenyataan bahwa Piko bukan siapa-siapa. 

Mungkin, koneksi yang nyata tidak harus selalu terjalin. Piko masih ingin tahu semua tentang Mei, selalu ingin menjadi orang yang Mei andalkan. Tapi Piko sudah diajarkan Mei tentang batasan, tempat, dan posisi. 

Mungkin cara paling tulus untuk menyayangi Mei adalah dengan menyimpannya dalam hati, tanpa mengharapkan apa-apa—bahkan sekadar percakapan. 

Piko berusaha menjadi versi yang lebih baik, yang tidak tersesat dalam harapan yang Piko bikin sendiri di Kepala Piko. Harapan tentu saja ada. Piko tetap berharap Mei ingat bahwa desember nanti Piko bisa jalan-jalan bareng Mei dan Adik2nya, Piko tetap berharap Februari nanti Mei ingat bahwa Piko mau bawakan buket Bunga untuknya, dan Ketika Mei berfikir untuk Kuliah, Mei akan ingat Piko karena Piko udah janji untuk bantu Mei kuliah.

Lalu bagaimana dengan Mei? Bagi Piko, Mei akan tetap menari dengan anggun, sibuk dengan gemerlapnya sendiri, mengalir Indah dalam alurnya, Piko hanya tidak akan berusaha lagi berenang melawannya. 

Read More
Diberdayakan oleh Blogger.