02:45 ditempat Moci,
selisih waktu dua jam...
Piko masih belum bisa tidur, nongkrong di teras depan
rumah, ditemanin kopi hitam, sebungkus rokok, sama nyamuk-nyamuk yang putus
asa. Piko liatin lagi buluk yang semakin buluk gak pernah di urus lagi. Taman
juga sudah tidak pernah lagi di urus, banyak tanaman tak bernama yang harusnya
gak ada disitu, rumput sudah harus diganti juga sepertinya, rumput gajah
mungkin bagus. Pohon mangga, jambu dan belimbing yang dulu selutut sekarang
sudah lebih tinggi dari Piko. Beranjak masuk rumah, ternyata wallpaper sudah
ada yang mulai lepas, karena dinding lembab, Tulisan yang Piko print
besar-besar “Piko’s Live Plan” sudah pudar, bingkai-bingkai piagam penghargaan
yang dulunya sering piko bersihkan sekarang sudah berdebu. Dua tahun sudah piko
tempati rumah yang piko beri nama “The Hope”, markas rahasia piko, tempat piko
bersenang-senang dan menjadi Piko, heningnya
The Hope sekarang terasa sangat padat dan menyesakkan.
Tidak ada sesuatu yang kekal di
dunia ini, yang kekal adalah perubahan itu sendiri, setuju dengan frasa tua
ini, ada hal-hal yang dulunya dipikir begitu kita inginkan, terasa sangat
penting, bahkan jadi tujuan hidup, ternyata bukan yang benar-benar dibutuhkan. Hidup
ini cair, semesta ini bergerak, realitas berubah, seluruh simpul kesadaran kita
berkembang mekar. Hidup akan mengikis apasaja yang memilih diam, memaksa kita
untuk mengikuti agungnya yang jujur namun penuh rahasia.
Ada hati yang piko kuci rapat-rapat,
jauh sebelum bertemu Moci, cukuplah hidup dengan logika dan nafsu, karena hati
kata-katanya hanya dipahami oleh nurani, bisikannya juga halus dan tidak
berarti. Namun waktu kemudian merubahnya, total
1,259,712,000 milisekon waktu yang telah piko habiskan sejak bertemu dengan Moci
pada bulan Okober yang lalu. Beberapa bulan pertama Piko selalu menyangkal,
bisikan-bisakan hati yang sangat mengusik. Piko berulang kali bilang “saya
tidak perlu dia, saya tidak perlu dia, saya tidak perlu dia” Namun hati kali ini menunjukan taringnya dan melumpuhkan
semua Logika.
Saat Logika
turun dari tahtanya, banyak garis batas yang memuai, piko terbuai, hati yang
lama mati suri berderu dengan kencangnya, sinarnyapun sangat menyilaukan, Piko’s
Live Plan jadi gak penting, The Hope jadi gak penting, Taman apalagi, Buluk
berubah fungsi dari kendaraan perang jadi kereta kuda, Piko yang senang naik
motor jadi tidak lagi, takut moci nanti kena angin, pekerjaan jadi nomor dua
moci nomor satu.
Hati
mengambil peranan penting, semua jadi indah, dunia hanya untuk bahagia dan
tertawa, sedih dan kecewa jadi awal pelukan yang hangat, kemarahan akan
berakhir dengan ciuman. Semua abstrak dan tidak terukur namun indah dan
berwarna.
Sampai pada satu
titik Piko ditampar oleh kenyataan, satu kejadian yang mengakibatkan uang
kembali menjadi bernyawa, kepentingan kembali menjadi raja, logika kembali naik
ketahtanya, hati tidak lagi dibentangkan seluas-luasnya, hanya sisakan sedikit
ruang untuk menjaga api.
Piko dan Moci berubah menjadi seperti
musafir yang tersesat, masing-masing memegang kompas dengan arah yang berbeda, kami
hanya sesekali bertemu dan saling mencocokan kompas, saling toleransi atas nama
cinta dan perjuangan yang tidak boleh sia-sia, Piko telah pertaruhkan segala
sesuatu yang besar demi apa yang Piko rasa benar, dan mencintai mochi adalah
kebenaran bagi Piko.
03:45 di tempat Moci, selisih waktu dua jam...
tak terasa sudah satu jam Piko bengong
disini, kopi sudah dingin, rokok sudah habis enam batang, nyamuk-nyamuk putus
asa sudah gendut sekarang, tambah lagi tabungan waktu Piko dan Moci dengan
angka 216.000 milesekon. Jika tabungan waktu ini bisa ditambahkan Rupiah
didepannya tentu Piko sekarang sudah cukup kaya dan kembali menikmati abstrak
dan indahnya Hidup yang sempat Piko jalanin bersama Moci.
Moci sekarang sedang tidur
mungkin, mungkin sedang dikelonin oleh Boci, pria Kaya berumur setengah abad, yang
janjikan hidup senang tanpa susah pada Moci, yang dengan mudah wujudkan
mimpi-mimpi Moci, kulit wajah Moci mungkin sedang melipat diantara pelukan
tangan Boci, rambut Moci mungkin menumpuk disebelah kanan, karena Moci suka
tidur miring kiri. Tangan Moci mungkin sedang menggenggam erat tangan sikaya, siaman dan sitenang dengan nyaman. Apakah kaki kanan boci juga ikut menindih tubuh
Moci? Karena kelonan versi Moci yang Piko tau adalah seperti itu. Atau mungkin
mereka sedang bercanda-canda gembira..atau mungkin sedang berbicara dari hati
ke hati tanpa di ganggu oleh bunyi HP Moci yang tiap menit selalu menyala aish..Piko
sudah gak sanggup bayanginnya..Mocii dan Bocii.. :) >> senyum misuh-misuh ala moci
Piko masuk lagi kedalam rumah,
seduh kopi gelas kedua dini hari rindu sama Moci makin membuncah, kadang
Piko menghibur diri sendiri, bayangin Moci lagi gelisah karena tidak ada sinyal
padahal dia ingin hubungin Piko, atau Moci lagi bengong trus sedih karena
kangen sama Piko, awalnya cukup menghibur, lama-lama terasa bodohnya, Piko
antar Moci kemaren ke Bandara, langkah Moci mantab dan bersemangat, Matanya
berbinar ketika bercerita bagaimana ini adalah tempat yang ingin dia kunjungi,
Moci sekarang ditempat yang sangat indah bersama dengan Si Aman, Sinyaman,
Sitenang, Sikayaraya, Sisemuadiaada, buat apa sinyal, dan apa mungkin tiba-tiba
Piko ada di pikirannya? Apa mungkin timbul rindu di hatinya? Buat bikin hati
piko sedikit senang, Piko jawab sendiri… mungkin :) >> senyum misuh-misuh ala moci lagi
Kini izinkanlah Piko tidur,
mudah-mudahan bisa bertemu dengan Moci di alam abstrak yang dinamakan Mimpi,
pastikan Moci ada disana, dan kalau dia ada jangan bangunkan Piko karena ingin
pipis, begitu banyak yang ingin Piko bicarakan, mari kita Piknik di kebun raya
bogor beli gorengan dan teh botol, atau kita main pasir di pantai, melipat
kertas, balap karung, naik getek, apapun tapi kalau Piko bisa memilih Piko
ingin mimpi tidur disebelah Moci, kelonin moci, dan begitu Piko bangun pagi
harinya, Piko bisa melihat wajah tidur pulas Moci, gigi bermentega, bau
keringat karena AC yang distel gak terlalu dingin, mulut asam, dan kemudian menyapa
Piko, Selamat Pagi..
Sekarang 06:00 di tempat Moci, selisih waktu dua jam...
Ternyata dalam mimpi pun Piko tak bisa bertemu Moci, mata piko jadi basah
sendiri, dan lagu easy like suday morning jadi soundtrack paling gak nyambung sedunia
di pagi ini.
Gw berharap gak pernah bertemu lo Kodok, Jika gw tau gak bisa bersama lo membunuh gw, kita mungkin gak punya banyak kenangan saat bersama *apalagi kenangan yang super mahal, tapi semua apa kita lalui tertulis di relung hati gw yang paling dalam, Gw cinta sama lo, tanpa tau kenapa, kapan, dan bagaimana, Gw mencintai lo seperti waktu yang mengalir dan kemudian menyatukan kita, dan gw masih mencintai lo setelah waktu kemudian memisahkan kita, Gw mencintai lo Kodok, sepenuh hati gw, gw kangen sama lo.
I wish I never meet you.
If I know that not to
be with you is killing me
We might not have many pictures of our togetherness
But all of them are written in the deepest part of my heart
I love you without knowing How, when or why
I just love you as the time brought us together
and I still love you after the time separates us apart
I love you Moci, with All my Heart
I miss you
Do you ever miss me moci? Do you love me with all your hearth like i do..
Ps: Moci.. Kalau baca, please jawab di BBM ya :) #ngarep.com